Sabtu, 02 Oktober 2010 | By: fransisca vina wijaya

Rangkuman Buku

Judul Buku : Mereka Bilang Saya Gila
Pengarang : Edy Zaqeus
Jumlah halaman : 201

Bambang Mustari Sadino lahir di Tajung Karang, Lampung pada 9 Maret 1933. Sejak kecil hingga beranjak remaja Bob mengaku selalu hidup enak. Jiwa entrepreneurship Bob sudah mulai tampak ketika dia lulus SMA pada tahun 1953. Saat itu Bob merasa gelisah karena bekerja pada orang lain (Unilever dan Djakarta Llyod) yang membuatnya tidak merasakan kebebasan dalam berkarya. Pertentangan batin itu membuat Bob Sadino muda memutuskan keluar dari perusahaannya dan keluar dari zona kenyamanan hidup yang ia miliki saat itu. Tahun 1967, Bob memulai hidupnya dari nol lagi. Dengan pilihan miskin itu, Bob seperti mendapat pelajaran yang berharga. Sampai akhirnya Bob menemukan hidupnya kembali ketika ia mulai berbisnis telur ayam negeri. Dari sinilah kesuksesan bisnis Bob Sadino dimulai.

RBS atau Roda Bob Sadino adalah diagram yang dibagi menjadi empat kuadran yang menggambarkan perputaran kehidupan seseorang dalam sebuah lingkaran. Kuadran pertama disebut dengan kuadran TAHU. Kuadran ini digambarkan oleh Bob Sadino sebagai proses belajar di sekolah pada umumnya, atau kampus pada khususnya. Kuadran kedua disebut kuadran BISA, dan kadang disebut kuadran masyarakat. Kuadran ini menggambarkan orang-orang yang tidak belajar tetapi dapat melakukan pekerjaan di berbagai bidang dengan menjadikan pengalaman mereka di dunia praktik sebagai wahana pembelajaran mereka. Kuadran ketiga disebut kuadran TERAMPIL,yang merupakan akibat proses dialektika antara kuadran TAHU dan kuadran BISA. Bob mengkategorikan orang di kuadran TERAMPIL ini sebagai orang yang dapat merespon segala permasalahan dan dapat mengatasi persoalan secara bertanggung jawab. Kuadran keempat adalah kuadran AHLI, yaitu kuadran yang dihuni oleh mereka yang, selain telah berhasil meningkatkan keterampilannya, responsif, dan bertanggung jawab, juga karena mampu member manfaat kepada banyak orang, serta diakui kompetensinya oleh masyarakat luas.

Banyak sarjana terdidik yang menjadi pengangguran akibat kurang pengalaman dalam bidang mereka. Bob merasa ini pertanda bahwa sistem pendidikan kita salah. Kebanyakan pengajar atau pendidik di Indonesia hanya memindahkan isi otak mereka kepada murid atau didikan mereka. Berangkat dari perspektif entrepreneur, pendidikan harus didasarkan pada teori yang dipraktikkan, guru tidak sekedar memberi tahu, tapi harus memberi contoh melakukannya. Mendidiklah dengan keteladanan, tidak hanya lewat mulut atau verbal saja.

Bob Sadino berpandangan bahwa mahasiswa adalah agen perubahan. Menurut kacamata seorang entrepreneur, sistem pendidikan di Indonesia adalah akar masalah mahasiswa yang harus di benahi terlebih dulu. Dalam setiap kesempatan mengisi seminar di kampus, Bob sering memprovokasi para mahasiswa dan dosennya untuk berani mengambil keputusan drastis. Menurut Bob, upaya mengurangi beban pengangguran sesungguhnya bisa dimulai dengan megenalkan semangat wiraswasta di kalangan mahasiswa. Energi mahasiswa yang sangat berlebih itu akan lebih baik bila diarahkan kepada aktivitas kewiraswastaan.

“Karena bodohlah saya berhasil”. Dengan kata lain, faktor kesuksesan saya adalah kebodohan saya. Bob ingin mengguncang pikiran para orang pintar dengan menyatakan bahwa kalau mau jadi entrepreneur yang sukses, ya jangan jadi orang pintar yang banyak tahu saja. Tapi jadilah orang bodoh yang serba bisa, sebab banyak orang pintar tidak memiliki kebebasan. Padahal kebebasan ialah jantung sang wiraswasta, the heart of entrepreneur. Kebebasan ialah kemerdekaan dari belenggu rasa takut, merdeka dari harapan berlebihan, dan bebas dari belenggu pikiran sendiri. Contoh belenggu diri sendiri bisa ditelusuri dari dokrin manajemen modern yang menyatakan bahwa risiko usaha harus diperkecil dengan rencana sematang mungkin.

Dunia entrepreneur dipandang Bob sebagai dunia yang menantang, tetapi bisa disikapi dengan cara-cara berpikir logis-kreatif yang sederhana. Menurut beliau ada lima sandaran yang harus diperhatikan. Sandaran pertama yaitu memiliki kemauan kuat untuk menjadi pengusaha. Sandaran kedua yaitu komitmen yang kuat atau sering disebut dengan determination. Dengan determination yang kuat, maka orang siap apabila dihadapkan dengan beragam kendala. Sandaran ketiga yaitu keberanian untuk mengambil peluang. Sandaran keempat yaitu tahan banting dan tidak cengeng, sebab entrepreneur sejati tidak bergantung pada orang lain. Sandaran kelima yang juga acap kali terlupakan yaitu bersyukur pada Tuhan Yang Maha Esa.

Menurut Bob Sadino cara mencari, menciptakan dan menangkap peluang adalah jadilah pioner atau yang pertama, apabila tidak bisa jadilah yang terbaik, apabila tidak bisa jadilah berbeda. Itu saja titik berangkat seorang wiraswastawan. Maka dari itu soal peluang sesungguhnya bukan masalah lagi bagi siapa pun yang berjiwa wiraswasta sejati.

Bob Sadino itu gila dan anti intelektual, terutama menyangkut caranya berbisnis. Bob mengatakan bahwa dia berbisnis tanpa rencana dan tujuan, dia mencari rugi atau kegagalan dalam bisnisnya, dia memburu risiko dalam berbisnis, dan dia tidak punya harapan. Bahkan, sebagai pimpinan, Bob Sadino justru mendorong anak buahnya berbuat salah. Tapi bukan Bob Sadino kalau tidak memiliki alasan di balik semua pernyataannya. Di balik pernyataan itu sebenarnya terbangun suatu sikap mental yang kokoh dalam melihat apa itu arti risiko serta bagaimana cara menyikapinya.

Kalau anda tanya apa sih the secret-nya Bob Sadino, the secretnya ya no secret. Jawaban ini menandakan bahwa sesungguhnya tidak ada yang istimewa dengan praktik bisnis yang selama ini ia jalankan. Dari sekian banyak praktik bisnisnya setidaknya ada lima ciri yang mengidentifikasikan faktor keberhasilan bisnis Bob Sadino yaitu mengalir dalam bisnis (kelenturan berpikir), hidup dalam resiko (memburu resiko dan mencari rugi), piawai berkomunikasi (perlakukanlah siapapun seperti pelanggan), service excellent (penuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan, memberikan lebih boleh, tapi memberi kurang dari layanan pantangan), peka potensi pasar (melihat sisi lain yang tidak dilihat oleh orang kebanyakan).

Berkaca dari perjalanan hidupnya sendiri, Bob menggambarkan tahapan kematangan seseorang dalam tiga bentuk lingkaran yang disebutnya Lingkaran Bob Sadino (LBS). Pertama, Lingkaran HITAM-PUTIH. Sandaran orang dalam lingkaran ini adalah otaknya. Kedua, Lingkaran ABU-ABU. Lingkaran kedua ini menunjukkan suatu tahapan kematangan seseorang akibat perubahan demi perubahan dalam proses pembelajarannya. Ketiga, Lingkaran KOSONG. Orang-orang dalam lingkaran KOSONG telah mencapai suatu kesempuranaan dalam fleksibilitas hidup. Bob menggambarkan dirinya telah memasuki tahapan ini, tahapan ikhlas dan penyerahan diri yang total kepada Sang Pencipta. Kini semakin nyata, bahwa setiap ucapan dan tindakan Bob yang merdeka itu seperti tidak lepas dari sandaran spiritualutasnya, bahwa hidup telah diarahkan oleh Sang Pencipta.

Dalam imajinasi sederhana Bob Sadino, pemimpin wiraswasta pertama-tama pasti berusaha keras supaya perekonomian nasional mampu berkembang semakin pesat. Seorang pemimpin sejati dari kalangan wiraswasta akan berupaya sekuat tenaga mengerahkan rakyatnya supaya bangkit dengan berwiraswasta. Berbicara tentang pemimpin wiraswastawan, tentu saja yang dimaksud Bob adalah sosok yang berdasarkan konsepsi RBS, pemimpinn yang sudah bangun jatuh dan matang di kuadran masyarakat sajalah yang peka serta mengerti kondisi riil masyarakatnya. Sebagai bekas pelaut, Bob memandang pemimpin sebagai seorang nahkoda kapal. Sang kapten kapal adalah orang terakhir yang menyelamatkan diri. Bahkan, bila perlu ia korbankan nyawanya, asal seluruh penumpang dan awak yang dipimpinnya selamat.

Kelebihan dan Kekurangan Buku

Buku yang ditulis oleh Edy Zaqeus ini benar-benar menceritakan sosok Bob Sadino sebagai entrepreneur sejati. Pencapaian yang telah beliau raih adalah suatu bukti bahwa beliau memang layak untuk berbicara mengenai kewirausahaan. Secara garis besar buku yang berjudul Mereka Bilang Saya Gila ini menceritakan konsep-konsep kewirausahaan. Sosok Bob yang unik, nyeleneh, fenomenal, dan memiliki gaya yang khas dalam memberikan gagasan-gagasan menjadikan buku ini seperti racun bagi pembacanya. “Ada udang di balik batu”. Peribahasa ini sangat cocok untuk menggambarkan seni berpikir Bob Sadino. Pembaca akan menemukan kejutan-kejutan dalam perkataan Bob, sehingga dibutuhkan perenungan yang arif sebelum sembarang menjatuhkan kesimpulan atas perkataannya.

Banyak pesan-pesan moral yang disampaikan buku panduan kewiraswastaan ini. Buku ini tidak hanya berisi tuntutan atau cara-cara menjalankan usaha, tetapi juga berisi motivasi untuk membangkitkan perekonomian Indonesia. Pertama, pembaca dapat mendapatkan kiat-kiat sukses ala Bob Sadino. Kedua, buku ini juga menyuguhkan pemikiran-pemikiran Bob yang begitu sederhana tentang perbaikan sistem pendidikan di Indonesia. Ketiga, Bob juga memberikan sumbangan-sumbangan gagasan dalam hal kepemimpinan yang ideal. Sehingga buku ini sangat baik untuk dibaca terutama oleh mahasiswa yang menurut Bob Sadino adalah agen perubahan. Gaya bahasa yang unik dan pemilihan kata yang sederhana dalam setiap gagasan Bob Sadino membuat buku ini mudah dipahami pembaca. Selain itu, lampiran foto-foto Bob Sadino dalam buku ini juga menambah ketertarikan pembaca saat membacanya.
Seperti peribahasa tiada gading yang tak retak, buku ini juga memiliki kekurangan.

Kelemahan buku ini terlihat dari pola pengembangan materi buku. Pembaca akan menemukan materi yang sama dengan materi yang telah dibahas pada bab sebelumnya. Contohnya, pembahasan mengenai terdapat dalam bab Roda Bob Sadino dan bab Lingkaran Bob Sadino. Hal ini perlu diwaspadai sebab dapat mengurangi minat baca pembaca. Di sisi ekonomi, harga buku yang mencapai ratusan ribu rupiah ini terbilang cukup mahal untuk sebagian kalangan seperti kaum muda. Akhirnya, buku inspiratif ini hanya dapat dinikmati sebagian orang saja.

Secara keseluruhan, buku Mereka Bilang Saya Gila adalah guru berharga bagi pembacanya. Pembaca dapat belajar dari kelebihan, kekurangan dan pengalaman pribadi sosok yang telah sukses namun tetap setia dalam kesederhanaan hidup yaitu Bambang Mustari Sadino.

0 komentar:

Posting Komentar